KISAH HEROIK KOMISARIS JENDRAL POL MENGHENTIKAN PERTIKAIAN TNI VS BRIMOB



Komisaris Jenderal Polisi Dr H. Mohammad Yasin yang dikenal sebagai Bapak Brimob Polri. Muhamamd Yasin menghembuskan nafas terakhir pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012 pukul 15.30 WIB. Almarhum tutup usia dalam usia 92 tahun di RS Polri Kramat Jati dan Almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pada 21 Agustus 1945, Inspektur Polisi Mohammad Yasin, Komandan Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa) Surabaya, menyatakan bahwa Tokubetsu Keisatsutai Surabaya menjadi Kepolisian Negara Republik Indonesia dan segera melakukan tindakan-tindakan untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Sosok kelahiran Sulawesi ini menunjukkan semangat juang dan prestasi cemerlang ketika menjalan- kan tugas dari Kapolri Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo untuk membentuk Brigade Mobil. Saat itu, 1946, Mohammad Jasin menjabat Kepala Kepolisian di Karesidenan Malang. Kesatuan yang diresmikan pada 14 November 1946 di Purwokerto ini sejak awal berdirinya berjasa mengatasi ancaman keamanan dan ketertiban seperti pada peristiwa Agresi Militer Belanda dan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, serta peng- amanan jalan di wilayah Jawa Barat dari ancaman gerombolan DI/TII . Mohammad Jasin diangkat sebagai Bapak Brimob Kepolisian RI. 



Pertengkaran antara TNI dan Brimob rupanya sudah sejak lama, dan bukan cuma di Batam saja. Di tahun 1950an kisah serupa sudah terjadi di tempat lain.

Saat itu Brimob masih bernama Mobiele Brigade. Di Maluku, ada dua kompi yang bermarkas di Ambon dan Tantui, yang berjarak 8 km dari Ambon. Lokasinya asrama Tantui berada di perbukitan. Sementara komandannya bernama Lesnusa. Satu kompi berkekuatan sekitar 100 orang.

Dua kompi itu kebanyakan pemuda Maluku. Mereka direkrut kepolisian untuk menghindarkan para pemuda Ambon dari ajakan Republik Maluku Selatan (RMS) untuk memberontak.

Suatu hari, seorang anggota Mobiele Brigade berkelahi dengan tentara. Penyebabnya sepele, cuma gara-gara rebutan pacar. Akhirnya si anggota MB ditahan oleh Corps Polisi Militer (CPM).

Lesnusa segera memerintahkan wakilnya, Soedirman ke tempat CPM untuk meminta penjelasan. Namun malah Soedirman ikut ditahan tanpa alasan yang jelas.

Kisah ini ditulis dalam Buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2010.

Amarah para anggota Mobiele Brigade memuncak. Mereka naik empat truk dengan senjata lengkap dan menyerang markas CPM. Pasukan polisi militer dilucuti, para tahanan dilepaskan dari sel. Mereka bergerak tanpa seizin Lesnusa.

Komandan Militer Maluku Kolonel Soekawati berang atas tindakan ini. Dia mengambil langkah keras dan mengultimatum pasukan Mobiele Brigade menyerahkan diri. Jika ultimatum tak dipenuhi, markas Tantui akan diserbu.




Namun ultimatum diabaikan pasukan Mobiele Brigade. Pihak tentara bukannya menyerang, tapi malah mengulang ultimatum sampai empat kali. Rupanya Kolonel Soekawati sadar kemampuan pasukan Mobiele Brigade ini sangat tangguh. Dia ingat waktu Mobiele Brigade ribut dengan marinir, malah marinir yang disergap dan dilucuti lebih dahulu.

Kolonel Soekawati sampai meminta bantuan Angkatan Udara dan Angkatan Laut untuk ikut menyerang Tantui. Sementara Kompi Mobiele Brigade tetap teguh pendirian dan berada dalam posisi siaga.

Saat itu situasi Kota Ambon tegang. Gubernur dan Kepala Polisi Maluku tak mampu mengatasi situasi ini. Maka khusus dipanggilah Panglima Korps Mobiele Brigade Indonesia Kombes M Jasin ke Ambon.

Siapa yang tidak kenal M Jasin saat itu? Dia dan pasukan Polisi Istimewa berjasa besar saat pertempuran 10 November 1945. Jasin juga yang berani menangkap Mayor Sabaruddin, yang sangat ditakuti di Jawa Timur.

Bahkan Kolonel Soekawati juga rupanya hutang nyawa karena pernah diselamatkan Jasin di Madiun. Karena itu begitu Jasin datang ke Maluku, Soekawati langsung memberikan kesempatan padanya untuk menyelesaikan masalah Mobiele Brigade di Tantui.

Dari pihak militer M Jasin menerima informasi Kompi Tantui sudah liar dan tak akan mendengarkan perintah dari Panglima Mobiele Brigade. Namun Jasin yakin, apapun risikonya, masalah ini bisa diselesaikan.

Jasin berangkat ke Tantui, hanya berdua dengan ajudan. Di bawah bukit dia melihat tentara siaga mengarahkan mortir dan senapan mesin ke arah Tantui.




Sempat terbersit rasa khawatir dalam diri Jasin. Bisa saja dia disangka musuh dan malah ditembak oleh pasukannya sendiri. Namun Jasin bukan pengecut. Di dekat pertahanan Mobiele Brigade dia berteriak.

"Lesnusa! Keluar!" teriaknya.

Yang keluar bukan Lesnusa, tapi tiga anggota Mobiele Brigade berwajah seram dengan bayonet teracung membentak M Jasin.

Untungnya Lesnusa keluar. Dia langsung sigap memberi hormat. Melihat itu, anak buahnya spontan ikut memberi hormat. Jasin pun memanfaatkan momen tersebut.

"Apa Lesnusa masih taat kepada saya?" tanya Jasin.

"Taat, Pak!" jawab Lesnusa.

Jasin memerintahkan Lesnusa segera membariskan pasukan kompinya. Mereka tampak beringas dengan ikat kepala merah.

"Ini panglima kita dari Jakarta. Hormaaat Grak!" kata Lesnusa.

Jasin langsung memberikan wejangannya. "Anak-anakku yang gagah berani. Saya Panglimamu, merasa bangga akan sikap kalian yang pantang menyerah karena kalian setia pada RI. Panglimamu tidak sedikit pun percaya terhadap tuduhan bahwa kalian adalah RMS!"

"Itulah semangat Pattimura. Apakah kalian taat pada Panglimamu?" kata Jasin.

"Siap. Taat!" balas mereka.

Jasin berhasil menguasai mereka. Dia juga menemui keluarga para anggota Mobiele Brigade. Semua lega masalah ini selesai.

Jasin sadar psikologis pasukan Mobiele Brigade dari Maluku. Jika mereka dimarahi dan dikasari malah akan melawan. Mereka harus diberi wejangan, dengan pujian sehingga sadar.

"Kolonel Soekawati sangat gembira atas keberhasilan menyelesaikan masalah. Dia mengucapkan terima kasih sekaligus meminta maaf memanggil saya khusus dari Jakarta jauh-jauh," kata Jasin.

Jasin kemudian memerintahkan 2 kompi pasukan Mobiele Brigade di Maluku dikirim ke Jakarta untuk dilatih kembali. Penggantinya didatangkan dari Jawa sebanyak 2 kompi.

Jasin kelak dikenal sebagai Bapak Brimob Indonesia. Pangkat terakhirnya Komisaris Jenderal.

Semoga masih ada petinggi-petinggi TNI dan Brimob yang dihormati bawahannya dan mau turun langsung menenangkan anggota-anggotanya. Biar masalah cepat clear.
Respek TNI Respek Brimob, biar indonesia makin aman 

Comments